Powered By Blogger

Selasa, 05 Juli 2011

Masa Seragam Putih Merah

                Gue inget banget tiap masuk pagi gue pulang sekolah pas siang bolong biasamya gue dan kawan-kawan (singkat: DKK) suka maen dulu ke rumah temen gue yang paling deket sekolah. Entah karena mau kerja kelompok lah, ngerjain PR bareng lah, ato tiap hari Sabtunya nunggu sore buat ekskul Pramuka. Biasanya sih gue ke rumah Puspa coz di rumahnya cuma berdua sama nyokapnya. Itu juga kalo nyokapnya uda pulang dari ngajar di Depok. Jadi dia biasa sendiri pas jam-jam maen siang anak sepanteran gue. Rumahnya sederhana, tapi berasa Base Camp gue DKK. Selain ke rumah Puspa, gue DKK ke rumah Septiani, Melly, kadang-kadang ke rumah gue, bahkan ke rumah Rara dan Mega walau bela-belain naek angkot jauh-jauh n jalan kaki lumayan gempor juga. Kalo ke rumah Mega, beda lagi. Biar jauh, nyampe-nyampe adem n disambut hangat sama nyokapnya Mega yang berlogat Sunda gitu deh. Apalagi kalo uda di planning kesana jauh hari, dijamin perut kenyang deh. Hahahha.
                Yang paling sering CS-an maen sama gue adalah Ika, Rara dan Hanum. Kita berempat tuh maniak kartun jepang (anime) banget dulu.  Berawal dari kedekatan gue n Rara yang merupakan chairmate gue sejak kelas 4 SD yang hobi cerita-cerita kartun gitu dehh. Kita berdua tuh lengket banget dulu. Jajan bareng, kelompok bareng, curhat-curhat bareng, pokoknya ya gitu lah persahabatan masa kecil.
                Saat itu, kami mulai seneng cerita tentang cowok yang merupakan “first love” alias cemceman (duilehh.. ) masa SD gitu deh. Saat itu gue suka cerita tentang cowok yang lumayan beken di kelas A, sebut saja Mr.H -yang sebenarnya “anak mami”- gitu. Sejak itu gue pun senang bercerita tentang Mr.H ke Ika. Padahal, Mr.H itu benar-benar tidak mengenal kami berempat. Gue dan Ika sangat senang mencari info tentang si Mr.H itu. Mulai dari nomor HP (bayangin aja anak SD jaman gue uda megang HP gitu loh), nomor telepon rumah, alamat rumah, bahkan mendapat foto dan suara rekamannya boo. Saat itu, kami sangat hobi ke Wartel untuk “meneror” “sang pujaan hati” via telepon ataupun sekedar iseng mendengar suaranya. Kalo foto dan suara rekaman nyanyinya itu karna ada temen sekelasnya minjem HP Nokia 3200 gue. Dulu tuh HP uda termasuk urutan Top 3 tercanggih di SD gue. Kebetulan si peminjam ini bangkunya ga jauh dari Si Doi gitu deh. Berhubung pengen norak-norakan HP gue pun digilir sampe ada foto-foto plus rekaman suara Si Doi. Kyaaaaaaaaaaaa... Betapa senengnya gue dulu. Kocak dahh.. Ckckcck. Dasar anak SD -.-
                Sedangkan Rara sedang senang dengan cowok sekelas gue, sebut saja Mr.A. Dan justru rahasia kesukaannya itu justru terbongkar karena ulah gue yang sangat senang meledek mereka sok-sok mau jadi Cupid tapi gatot alias gagal total booo. Saat itu, gue ngeliat hobi Rara ngegambar ala-ala komik jepang, gue jadi tertarik buat baca n ngegambar juga. Gue adalah teman pertama yang sangat sering bermain ke rumah Rara sejak rumahnya di perumahan BDB yang cukup jauh. Hal yang gue ingat ketika rumahnya di BDB adalah ketika perayaan ulang tahunnya, dimana merupakan yang pertama kali gue main kesana, gue termasuk juara lomba joged aserehe (ituloh, yang dinyanyiin 3 cewek grup Las Ketchup yang nge-Hits banget dulu) dan dapet hadiah goceng. Hahahhaha. Selain itu, gue inget waktu kami menjemput adiknya di sekolah swasta elit dekat rumahnya. Karena sok tahu jalan ke perumahan Rara terlihat cukup mudah dengan jalan tikus, kami pulang menelusuri daerah rumput dan ilalang yang lebih tinggi di atas kepala kami pada saat itu. Kami bisa dibilang tersesat pada saat itu, namun kami tetap PD menelusuri ladang tersebut sambil mengikuti suara kendaraan. Mulailah terlihat tembok perbatasan perumahan DBD pertanda kami akan selamat menuju rumah Rara. Kalo dipikir-pikir nekat juga gue. Bayangin aja kalo ada uler ato yang nguntilin dari belakang buat ngerampok, uda KO disitu bisa-bisa. Ga lagi-lagi deh...
                Kalo gue n Ika deket karena sering pulang pergi sekolah bareng. Gue seneng cerita tentang Mr.H kepada Ika, sedangkan dia senang bercerita tentang Putra, teman sekelas yang lumayan beken pada saat itu. Cerita kedekatan Ika awalnya hanyalah dianggap sebagai teman biasa bagi Putra, namun kedekatan mereka mulai “hot” karena kejahilan Putra kepada Ika. Apalagi waktu tugas drama, mereka sempat dijadikan pasangan ratu dan raja. Aduh, aduh... Saat itu Ika masih polosnya minta ampyun  dan masih belum boleh main sebelum pamit dan “cuci piring” dulu. Gue juga masih inget kepolosan dia waktu gue ajak traktir makan dalam rangka ultah gue ke McD yang terletak di daerah Baranangsiang dekat SMA 3 Bogor. Saat itu untuk pertama kalinya dia ke Bogor melewati daerah Jambu Dua. Angkot yang menuju kesana pasti lewat jalur menuju tol. Dan mulai paniklah Ika karena takut dibawa kabur lewat jalan tol. hahahaha. Ditambah lagi waktu makan di McD gue pesan ayam double per porsi. Ika hanya memakan satu dan yang lain dibungkus karena kekenyangan serta mengingat oleh-oleh untuk Mbahnya tercinta. Uuww.. Sooo Sweeett ..
                Kalo Hanum awalnya deket sama Rara sekedar temen curhat gitu. Saat itu Hanum senang curhat tentang Putra, teman sekelas kami. Dialah yang paling menyadari betapa cantiknya dan dewasanya Rara dan betapa hebatnya talenta menggambar gue dan Rara jika dikembangkan. Hanum adalah “model” bagi gue, Rara dan Mega karena kami senang melihat dia berpose dan narsis di depan kamera HP Nokia 3200 gue dulu. Gue, Ika dan Hanum seneng banget maen ke rumah Rara sejak rumah pindahannya di perumahan Estate daerah Cikaret. Dan suatu saat ketika bermain di rumah Rara, kami berempat sok-sokan membentuk “geng” yang kami namakan “4 Signs of Zodiac” dan memutuskan untuk menulis diary bersama secara bergilir. Berjalan dengan diary bersama, Hanum dan Putra pun sempat “jadian” yang sangat singkat. Mereka jadian sepulang sekolah dan nge’date keesokan harinya ke Pemda, yang digelar setiap minggu pagi. Setelah itu, putuslah mereka tanpa ada kata “putus”.
                Hanum pun beralih pada si Mr.A. Sedangkan Ika mulai terbuka curhat tentang Putra yang dulunya dia cuma sering cerita ke gue n Widy. Widy adalah TTM alias Teman Tapi Musuhnya Ika sejak kecil yang dekat karena merupakan tetangga dekat dan sering pulang pergi sekolah bersama juga. Gue dan Rara mulai jauh, dan terbentuklah dua kubu. Yang satu adalah kubu gue dan Ika, yang satu lagi adalah Rara dan Hanum. Disanalah mulai terjadinya pemberhentian menulis diary bersama. Hal ini disebabkan karena akhirnya Rara pun menyadari betapa “gantengnya” “cowok idaman gue” yang kemudian menjadi tetangganya di perumahan Estate. Konyol memang, bertengkar karena hal sepele. Padahal ujung-ujungnya tidak satu pun diantara kami yang kemudian “jadian” sama si Mr.H. Jangankan jadian, sekedar kenalan dan menyapa pun tidak. Cinta monyet kami itu bagaikan ingin hati memeluk gunung lah. Hhahaha.
                Di akhir judul ini, sebelumnya gue minta maaf kalo ada salah cerita entah salah nama tempat, salah alur, rada blak-blakkan, bertele-tele ato menyinggung perasaan. Peringatan: Bila Anda merasa sakit kepala dan rada mual saat membaca cerita nostalgia gue yang “nggak banget” ini, harap sediakan obat yang diperlukan. Bila efek berlanjut, hubungi dokter terdekat!

Roda Kehidupan Masa Sekolah

                Sesampainya di Bogor, ternyata tetangga-tetangga baru juga punya baby dan anak-anak balita. Bedanya orangtua mereka adalah keluarga pasangan muda. Sedangkan keluarga gue, uda punya anak sejak 11 tahunan sebelum mereka. Tak heran jika pada saat itu yang paling tua diantara anak-anak sekitar rumah adalah Kak Kiki yang udah tamat SD. Dia disekolahkan di sebuah SMP dekat rumah yang disebut Doea. Sedangkan Kak Angel disekolahkan di sebuah SD yang juga dekat rumah yaitu SD Pajeleran. Dan terjadilah keseragaman sekolah antar generasi 3 bersaudara keluarga gue, kecuali setelah lulus SMP. Kak Angel tidak ikut menjadi generasi penerus Kak Kiki, karena dia bersekolah di SMA 1 yang disebut Mayat. Dan kemudian malah gue yang jadi penerus Kak Kiki yang sama-sama bersekolah di SMA 2 yang disebut Smavo. So, ga heran kalo guru-guru kenal dan bahkan beberapa dekat sama gue karena merupakan adik mantan muridnya.

                 Keuntungan ini paling kerasa waktu gue masi SD. Kak Angel itu terkenal pinter, jiwa “bolang” yang seneenng banget sama Pramuka, apalagi dia terkenal sebagai Pratami (itu loh, yang jadi ketua umum anggota Pramuka. Ada dua, yang satu cowok disebut Pratama) yang rambutnya kayak artis sampo. Jadi bisa dibilang dia itu anak favorit guru-guru SD gue juga. Berhubung saat itu gue masi unyu-unyu, pinter karna rajin blajar n not big enough, jadi gue dikenal sebagai “Adik dari Alumni Favorit” yang “Lumayan Pintar” karena “turunan kakaknya”. Menyadari gelar tersebut, gue ikut Pramuka juga kayak Kak Angel, itung-itung nambah nilai lah. Hahahha.

                Kalo waktu SMP, kurang lebih sama aja. Bedanya ga terlalu banyak guru yang ngajar dari jaman kakak-kakak gue. Sejak SMP gue bisa dibilang makin cupu, ga sepintar, ga serajin n ga se-GAUL dulu. Secara, waktu SD gue tuh lumayan eksis karna sifat gue yang bandel alias suka nyubit-nyubitn menganiyaya (sebuset, bahasanya...) temen-temen gue (maaf ya teman-teman..!), royal tapi ga pelit, n rada sok leader tapi pinter. Di SMP gue uda mulai males blajar sejak kenal Fisika. Sejak ini pula gue jadi suka tidur siang n ngurung diri di kamar. Kalo dulu di kamar buat belajar, sejak SMP malah buat baca komik, gambar-gambar kartun, main laptop jadul, main HP, dengerin radio ato kaset tape, n tidur kalo uda BT. Disinilah masa-masa pembentukan lemak jenuh n jerawat makin menumpuk. Saat itu juga gue mulai ketinggalan jaman. Kalo dulu gue punya gadget yang paling oke, disini gue mulai gigit jari liat temen-temen gue punya yang lebih canggih. Temen-temen gue pun uda pada mulai seneng blajar ngendarain motor. Hal tersebut dimulai dari Bokap gue yang mulai menganggur karena umur dan persaingan sarjana muda setelah berhenti di Yamaha Music dan sejak kecelakaan Kak Kiki yang membuat gue dan keluarga belajar berjiwa besar.

                Kalo jaman SMA doang biasa aja. Coz yang tau gue adalah adiknya Kak Kiki cuma Bu Ani, itu juga karna kakak gue nitip salam kalo masih ngajar di SMA gue coz Bu Ani ini guru favorit Kak Kiki dulu. Disini makin cupu aja gue. Semua temen gue yang cewek, uda pada bisa ngendarain motor, bahkan mulai banyak yang jago ngendarain mobil. Satu per satu punya SIM, bawa motor tiap hari, n bawa mobil di luar sekolah. Temen-temen gue yang cewek mulai seneng ke salon buat sok-sok creambath lah, facial lah, malah spa gitu deh. Trus jaman rambut keriting di kalangan cewek pun merajalela. Sepatu ala-ala sneekers, merk-merk ala-ala Gosh, bando lucu-lucu, tas gonta-ganti model, contact lense, behel, rambut berponi, belah tengah, kamera SLR, dll. Sejak di sekolah dipasang wii-fi, Hpnya pada Blackberry alias BB n suka pada bawa laptop pribadi. Trus makin banyak aja banci mall, movie mania, pemburu film keren ala Barat maupun Asia. Namun dibalik semua itu, gue jadi bisa sabar n bersyukur atas apa yang gue punya. Karena gue percaya, hidup ini bagaikan roda. Kadang kita di atas kadang di bawah, tergantung kita yang mengendalikan mau maju ato diem aja. Dan bersyukurlah kita karena hidup kita jauh lebih mudah dibanding yang lainnya.

MERANTAU KE JAKARTA Gitu Lohh

                Hai hai haaaii. Nama gue Princess Gladys Ingrid. Orang-orang biasanya manggil gue with Gladys (spelling Indonesianya sih “Gledis”) atau ga Edis. Sekarang ini umur gue 17 tahun (yeee.. Sweet Seventeen!!!), lebih hampir delapan bulan. Gue adalah anak bontot dari pasangan suami istri yang merantau ke Jakarta dari Manado yang biasanya dipanggil Mami Ice n Papi Joly sama sepupu-sepupu gue. Buat orang Manado, sebutan Mami dan Papi bukan hanya untuk orangtua kandung mereka, tapi juga berlaku juga buat paman dan tante mereka. Nyokap n Bokap gue tuh asli Manado. Tapi mereka ga lahir di daerah Manado, it bcoz mereka sama-sama punya Ayah (Opa-opa gue) yang berprofesi sebagai polisi yang tugasnya dinas disana disini disitu gitu deh. So, ga heran kalo Nyokap gue di KTPnya kelahiran Makassar sedangkan Bokap gue lahir di Suroboyo. Gue punya 1 kakak cowok dan 1 kakak cewek. Kakak w yang paling tua tuh yang cowok, yang gue panggil Kak Kiki yang umurnya 11 tahun lebih tua dari gue (WOWW...). Dan dialah yang satu-satunya kelahiran asli Manado dan brojol di bidan. Dan kakak gue yang cewek, umurnya beda 7 tahun di atas umur gue, yang gue panggil Kak  Angel (spelling indonesianya: Enjel). Kak Angel lahir waktu Nyokap Bokap uda tinggal di Jakarta.

                Nah, berkat Kak Angel inilah gue lahir di dunia ini. Why? Bcoz, dialah yang mohon-mohon minta adek ke Nyokap n Bokap gue. Berawal dari adiknya Nyokap gue, Tante Debby yang biasa gue panggil Mami Ebi, yang berkunjung dari Balikpapan (bukannya di belakangnya papan, ini nama kota di Kalimantan Timur loh!) yang membawa bayi pertamanya, yaitu Brenda. Karena senang bermain dengan baby Brenda, muncullah keinginan untuk memiliki adik perempuan di benak Kak Angel yang waktu itu mungkin masih 6 tahun. Setiap malam sejak kedatangan Mami Ebi, Kak Angel selalu berdo’a sekencang-kencangnya dan sesering-seringnya meminta adik serta “usaha” dari orangtua gue, Tuhan mengabulkan keinginan Kak Angel , daan lahirlah gue. Tadaaaa!!!

                Sebelum gue lahir, keluarga gue hidup nomaden alias berpindah-pindah rumah kontrakkan di Jakarta. Dan setelah gue sekitar 1 tahun, keluarga gue menetap di sebuah perumahan milik Pemerintah Daerah di sekitar Bogor. Namun sampai sekarang, saudara-saudara gue, entah yang masih tinggal di Manado maupun yang sudah merantau entah di Balikpapan, Jayapura, Jawa dan dimanapun mereka pasti bilangnya keluarga gue tinggalnya di Jakarta. Bukan maksud manipulasi atau apa, memang begitulah biasanya keluarga rantauan yang tinggal disini entah rantauan dari Padang, Medan, Kalimantan, dari manapun juga biasanya disebut Anak Jakarta gitu lohh.